Intermittent Fasting Memicu GERD?
“Aku penasaran sama intermitten fasting, deh.”
“Iya, aku lihat temen-temenku itu langsung turun BB-nya. Jadi tertarik.”
“Aku dulu pas kuliah S1 pernah asam lambung, terus alhamdulillah sudah sembuh. Tapi pas hamil anak kedua kemarin suka kambuh.”
Seorang teman saya penasaran dengan intermitten fasting, tapi ada kekhawatiran asam lambung naik. Apakah intermitten fasting itu? Dan apakah benar dapat memicu GERD?
Apakah Intermittent Fasting Itu?
Intermittent fasting (puasa intermiten) adalah metode pola makan yang mengatur waktu makan dan puasa. Kamu biasanya membatasi waktu makan pada jangka waktu tertentu setiap hari atau beberapa hari dalam seminggu, sementara di luar waktu tersebut, kamu berpuasa.
Ada beberapa jenis metode intermittent fasting, seperti:
1. Metode 16/8: Kamu berpuasa selama 16 jam dan makan dalam jangka waktu 8 jam setiap hari. Misal sarapan jam 10 pagi, batas makan akhir jam 6 sore. Jadi lepas jam 6 sore sampai dengan jam 10 pagi nggak boleh makan. Bolehnya minum air putih atau minuman yang nggak berkalori, misalnya kopi atau teh tanpa gula. Atau bisa juga langsung makan siang jam 12 siang, boleh makan sampai jam 8 malam. Jadi nggak sarapan.
2. Metode 5:2: Makan normal selama 5 hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori sangat rendah (sekitar 500-600 kalori) pada 2 hari non-berurutan.
3. Eat-Stop-Eat: Berpuasa selama 24 jam sekali atau dua kali seminggu.
Tujuan dari metode ini: untuk membantu pengelolaan berat badan, meningkatkan metabolisme, dan memberikan manfaat kesehatan lainnya.
Manfaat Intermittent Fasting
Intermittent fasting (IF) bisa bermanfaat untuk beberapa orang karena berbagai alasan:
1. Kontrol Berat Badan: IF dapat membantu mengurangi asupan kalori dan meningkatkan metabolisme, yang dapat mendukung penurunan berat badan atau pemeliharaan berat badan ideal.
2. Peningkatan Sensitivitas Insulin: Dengan berpuasa secara periodik, sensitivitas insulin dapat meningkat, yang dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Baca juga Hubungan Intermitten Fasting & Sensitivitas Insulin pada Pasien Diabetes.
3. Peningkatan Kesehatan Metabolik: Beberapa studi menunjukkan bahwa IF dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan metabolik lainnya.
4. Regenerasi Sel: Selama periode puasa, tubuh dapat memulai proses autophagy, di mana sel-sel lama diurai dan diganti dengan yang baru, yang mendukung kesehatan seluler.
5. Kesederhanaan: IF tidak memerlukan perubahan besar pada jenis makanan yang dikonsumsi, melainkan fokus pada waktu makan, sehingga dapat lebih mudah diterapkan dalam rutinitas sehari-hari.
Apakah Intermitten Fasting Memicu GERD?
Intermittent fasting (IF) memang populer sebagai metode diet, tetapi bisa memicu asam lambung atau GERD, terutama jika kamu memiliki riwayat masalah lambung.
Asam lambung bisa meningkat jika perut kosong terlalu lama atau jika makan dalam jumlah besar saat berbuka puasa.
Beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah lambung saat melakukan IF adalah:
1. Pilih jendela makan yang sesuai:
Cobalah jendela makan yang lebih panjang dan pastikan untuk makan dalam porsi kecil namun sering saat waktu makan, agar tidak membebani lambung. Misalnya 12:12 dulu, terus naikin pelan-pelan. Misal sarapan jam 8 pagi, batas makan akhir jam 8 malam.
2. Hindari makanan pemicu:
Selama jendela makan, hindari makanan atau minuman yang bisa meningkatkan produksi asam lambung, seperti makanan pedas, asam, atau berlemak.
3. Makan dengan perlahan:
Makan dengan perlahan dan kunyah makanan dengan baik dapat membantu pencernaan dan mengurangi risiko ketidaknyamanan lambung.
4. Perhatikan waktu makan:
Makan dengan waktu yang cukup sebelum tidur untuk memberi waktu pada lambung mencerna makanan sebelum kamu berpuasa lagi.
Efek IF dapat bervariasi antar individu, dan penting untuk konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai regimen puasa, terutama jika ada kondisi medis yang mendasarinya, misalnya sakit GERD atau asam lambung.
Dan, seperti semua metode diet, efektivitas dan kesesuaiannya bisa bervariasi antara individu.
Kalau kamu memiliki riwayat masalah lambung, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum memulai intermittent fasting. Supaya mereka bisa memberikan saran yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi kesehatanmu.
Artikel ini sekaligus menjawab pertanyaan sahabat saya sejak SMA. Okay, gitu ya Bu Dosen Wahida tersayang… Semoga bermanfaat 🥰
3 Responses
I’m really happy I discovered this post! The
guidance and insights you’ve shared are just what I needed – practical, useful,
and super on-point for anyone who wants to improve their health.
I’ll be pointing my readers to my blog about healthy eating because this
is what they’re looking for. Looking forward to more
from you!
My pleasure… Thank u very much, i hope they enjoy it 👍