Efek samping obat keju linu yang dijual bebas di pasaran sangat banyak.
“Dok, saya pegel linu, terus minum obat asam urat. Terus sekarang kok perut saya perih, ya?”
“Bapak sudah pernah ngecek kadar asam urat di belum?”
“Belum, dok.”
“Lha kenapa kok minum obat asam urat, Pak?”
“Obat keju linunya seperti apa?”
“Obat setelan gitu, dok.”
Yang dibilang obat asam urat, ternyata maksudnya obat anti nyeri dan kortikosteroid.
Masyarakat sering membeli obat keju linu dan asam urat sendiri di apotek tanpa tahu itu bisa membahayakan kesehatan. Padahal, penggunaan obat-obatan tersebut secara jangka panjang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, bahkan kematian. Yang dibilang obat asam urat, kadang ternyata maksudnya anti nyeri dan kortikosteroid. Baca juga: Nyeri Sendi Gejala Asam Urat?
Saya sering mendapatkan pasien datang dengan muntah darah karena perdarahan lambung, ternyata pasien tersebut sering mengonsumsi obat-obatan keju linu, beli sendiri di apotik.
Ada juga pasien yang datang dengan bengkak-bengkak, infeksi, obesitas, ternyata sering beli obat keju linu berupa kortikosteroid. Pasien tersebut juga mudah mengalami patah tulang, karena osteoporosis.
Jenis Obat Keju Linu
Jenis-jenis obat keju linu dan asam urat yang dibeli oleh masyarakat secara bebas biasanya adalah anti nyeri dan kortikosteroid.
Kortikosteroid adalah obat yang sering digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, seperti alergi, penyakit autoimun, dan peradangan.
Obat anti nyeri adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Anti nyeri dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk:
1. Analgesik Non-Opioid:
Paracetamol: Efektif untuk nyeri ringan hingga sedang dan demam.
NSAID (Obat Antiradang Nonsteroid): Seperti ibuprofen dan naproxen, digunakan untuk nyeri akibat peradangan, seperti arthritis.
2. Opioid: Contoh: Morfin, oksikodon, dan hidrokodon. Digunakan untuk nyeri sedang hingga berat, tetapi memiliki risiko kecanduan dan efek samping yang lebih tinggi.
3. Obat Adjuvan: Obat-obatan yang tidak secara khusus ditujukan untuk nyeri tetapi dapat membantu mengelola nyeri neuropatik, seperti antidepresan dan anticonvulsants (misalnya, gabapentin).
4. Topikal: Obat yang dioleskan langsung ke kulit, seperti krim atau plester yang mengandung lidokain atau NSAID.
Obat anti nyeri digunakan untuk berbagai kondisi, termasuk nyeri pasca operasi, nyeri kronis (seperti arthritis), dan nyeri akibat cedera.
Efek Samping Obat Keju Linu
Efek Samping Obat Anti Nyeri
Berikut adalah beberapa efek samping umum dari obat anti nyeri:
1. Analgesik Non-Opioid (seperti Paracetamol dan Obat Antiradang Nonsteroid/NSAID)
Sakit perut dan gangguan pencernaan: Mual, muntah, atau diare.
Gangguan hati: Paracetamol dapat menyebabkan kerusakan hati jika overdosis.
Perdarahan lambung: Penggunaan NSAID jangka pangjang dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung.
Reaksi kulit/alergi: Ruam kulit, gatal, reaksi alergi atau reaksi hipersensitivitas.
Gagal ginjal: Penggunaan jangka panjang dapat memengaruhi fungsi ginjal.
Peningkatan tekanan darah: Dapat menyebabkan atau memperburuk hipertensi.
2. Opioid (seperti Morfin dan Oksikodon)
Depresi pernapasan: Penggunaan dosis tinggi dapat menghambat pernapasan.
Kecanduan dan ketergantungan: Risiko tinggi jika digunakan jangka panjang.
Konstipasi: Sangat umum dan dapat menjadi masalah serius.
Mual muntah: Efek samping yang sering terjadi pada awal penggunaan.
Perubahan suasana hati: Bisa menyebabkan euforia atau kebingungan.
Obat opioid tidak boleh dijual secara bebas, sehingga yang sering kami jumpai di masyarakat adalah penggunaan NSAID.
Efek Samping Obat Kortikosteroid
1. Peningkatan Berat Badan: Salah satu efek samping yang paling umum adalah peningkatan berat badan. Kortikosteroid dapat menyebabkan penumpukan lemak, terutama di area perut dan wajah, serta retensi cairan yang membuat tubuh terlihat bengkak.
2. Masalah Pencernaan: Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat memicu masalah gastrointestinal, seperti tukak lambung dan gastritis. Ini karena obat ini dapat meningkatkan produksi asam lambung.
3. Gangguan Tidur: Banyak pasien melaporkan kesulitan tidur atau insomnia saat menggunakan kortikosteroid. Ini dapat disebabkan oleh efek stimulasi pada sistem saraf.
4. Perubahan Suasana Hati: Kortikosteroid dapat memengaruhi kesehatan mental. Beberapa pasien mengalami perubahan suasana hati, kecemasan, atau bahkan depresi selama pengobatan.
5. Kesehatan Kulit: Penggunaan kortikosteroid dapat menyebabkan kulit menjadi lebih tipis, mudah memar, dan berisiko mengalami jerawat. Ini terutama terjadi pada penggunaan topikal atau jangka panjang.
6. Penurunan Daya Tahan Tubuh: Kortikosteroid dapat menekan sistem imun, yang meningkatkan risiko infeksi. Oleh karena itu, pasien perlu lebih waspada terhadap gejala infeksi saat menjalani pengobatan.
7. Osteoporosis: Penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang.
8. Masalah Hormonal: Kortikosteroid dapat mengganggu keseimbangan hormonal tubuh, termasuk siklus menstruasi pada wanita, serta memengaruhi produksi hormon adrenal.
Cara Meminimalkan Risiko Efek Samping
1. Penggunaan Sesuai Indikasi: Gunakan kortikosteroid hanya sesuai petunjuk dokter, dan jangan menghentikan penggunaan secara mendadak.
2. Dosis Terendah: Upayakan untuk menggunakan dosis terendah yang efektif untuk mengurangi risiko efek samping.
3. Monitoring Rutin: Lakukan pemantauan kesehatan secara rutin, termasuk pemeriksaan kepadatan tulang dan fungsi lambung.
4. Diet Sehat dan Olahraga: Mengadopsi pola makan sehat dan rutin berolahraga dapat membantu mengendalikan berat badan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
5. Diskusikan dengan Dokter: Jangan ragu untuk mendiskusikan kekhawatiran atau efek samping yang dialami dengan dokter untuk penanganan yang tepat. Selalu bicarakan tentang dosis dan jenis obat yang digunakan.
6. Pemantauan kesehatan: Lakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi potensi masalah lebih awal.
7. Pola makan sehat dan hidrasi: Membantu mengurangi risiko gangguan pencernaan dan menjaga kesehatan ginjal.
Studi Kasus
Seorang perempuan, usia 56 tahun, datang dengan keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati, juga obesitas. Berat badan 98 kg, tinggi badan 158 cm. Perut membengkak, kaki bengkak, muka bulat. Ada striae di perut. Pasien jatuh di kamar mandi dan mengalami patah tulang. Setelah ditelusuri, ternyata pasien sering mengonsumsi obat keju linu.
Nah, pasien ini menderita Cushing syndrome. Muka yang bulat ini istilah medisnya adalah moon face. Moon face, striae, dan bengkak-bengkak adalah ciri dari Cushing syndrome. Mual, muntah, nyeri ulu hati, adalah efek samping penggunaan jangka panjang obat anti nyeri dan kortikosteroid. Mudah patah tulang adalah karena osteoporosis. Osteoporosis dan obesitas adalah efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Obat pegel linu dan asam urat yang dijual di apotek rata-rata adalah anti nyeri dan kortikosteroid. Kortikosteroid adalah obat yang bermanfaat dalam pengobatan banyak kondisi medis, namun efek sampingnya perlu diperhatikan dengan serius. Demikian juga anti nyeri.
Penggunaan anti nyeri dan kortikosteroid sembarangan, apalagi jangka panjang, dapat mengakibatkan komplikasi yang serius. Dengan penggunaan yang tepat dan pemantauan yang cermat, risiko efek samping dapat diminimalkan.
4 Responses
Releted banget dengan kondisi di lapangan….Matur nuwun informasi sehatnya dokter Fadhila🙏🙏
Semoga bermanfaat Bu Dyan 🥰
Mantap sekali ini info penting.
Terimakasih dokter Fadhila informasi dan wawasannya.
Makasih Dio 🙏🏻😊