Waktu saya sedang sekolah spesialis, menurut saya penyakit autoimun, terutama lupus, adalah salah satu penyakit yang diagnosisnya tidak mudah. Soalnya dia sering menyerupai penyakit lain, gejalanya banyak. Lalu perkembangan penyakitnya juga tidak terduga. Setelah pasien pulang pun masih harus kontrol dan pengobatan rutin. Karena kebanyakan pasien di usia muda, terkadang pasien tidak taat pengobatan kalau merasa sudah sembuh. Sebab umumnya kan, sakit yang lama itu pada orang tua, tapi lupus ini justru sering pada wanita muda. Nah, apakah penyakit autoimun lupus itu? Bagaimana gejalanya?
Apa Itu Penyakit Autoimun Lupus?
Penyakit autoimun lupus, atau Systemic Lupus Erithematosus (SLE) adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.
Lupus atau juga dikenal dengan Systemic Lupus Erithematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang kompleks dan seringkali membingungkan. Penyakit ini ditandai oleh sistem imun yang menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan peradangan dan kerusakan pada berbagai organ. SLE dapat mempengaruhi banyak bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, jantung, dan sistem saraf.
Pada SLE, tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang sel-sel sehat, mengakibatkan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat.
Epidemiologi
SLE lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan rasio sekitar 9:1. Meskipun dapat terjadi pada semua usia, biasanya muncul antara usia 15 hingga 45 tahun. Faktor genetik, lingkungan, dan hormonal berperan dalam perkembangan penyakit ini.
Gejala Lupus
Gejala SLE sangat beragam dan dapat muncul secara bertahap. Beberapa gejala umum meliputi:
Ruam kulit: Ruam berbentuk kupu-kupu di pipi dan hidung.
Nyeri sendi: Nyeri dan pembengkakan pada sendi.
Kelelahan: Kelelahan yang ekstrem dan tidak biasa.
Gejala sistemik: Demam, penurunan berat badan, dan masalah ginjal.
Gejala ini dapat kambuh (flare) dan mereda (remisi), membuat diagnosis dan manajemen menjadi tantangan.
Diagnosis Lupus
Diagnosis SLE melibatkan kombinasi gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Tidak ada satu tes tunggal yang dapat mengkonfirmasi diagnosis lupus.
Menurut American College of Rheumatology (ACR), diagnosis SLE biasanya dilakukan dengan menggunakan kriteria yang mencakup kombinasi gejala klinis dan hasil laboratorium. ACR menetapkan kriteria berikut yang perlu dipertimbangkan:
- Ruam malar: Ruam berbentuk sayap kupu-kupu di wajah.
- Rash diskoid: Ruam berbentuk bulat yang dapat meninggalkan bekas.
- Fotosensitivitas: Reaksi kulit yang diperburuk oleh paparan sinar matahari.
- Lesi oral atau nasal: Luka di mulut atau hidung.
- Artritis: Nyeri atau pembengkakan pada sendi.
- Serositis: Peradangan pada lapisan yang melapisi jantung (perikarditis) atau paru-paru (pleuritis).
- Ginjal: Kerusakan pada ginjal (lupus nefritis).
- Neurologis: Gejala neurologis seperti kejang atau gangguan mental.
- Hematologis: Anemia, leukopenia, atau trombositopenia.
- Autoantibodi: Adanya antibodi antinuklear (ANA)
- Antibodi spesifik lainnya, seperti anti-dsDNA dan anti-Sm, yang lebih spesifik untuk lupus.
Untuk diagnosis lupus, biasanya diperlukan minimal 4 dari 11 kriteria ini, baik dari kategori klinis maupun laboratorium. Penilaian harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman dalam diagnosis penyakit autoimun.
Manajemen dan Perawatan Lupus
Pengelolaan SLE berfokus pada mengurangi gejala dan mencegah kerusakan organ. Pendekatan terapi biasanya mencakup:
Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sendi.
Kortikosteroid untuk mengendalikan peradangan.
Obat imunosupresif untuk menekan sistem imun yang terlalu aktif.
Ringkasan & Kesimpulan
SLE dapat mempengaruhi berbagai organ, termasuk kulit, sendi, ginjal, dan jantung. Gejala umum termasuk kelelahan, nyeri sendi, ruam kulit, dan demam. Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik, lingkungan, dan hormonal dapat berperan. Pengobatan biasanya melibatkan penggunaan obat antiinflamasi, imunomodulator, dan terapi untuk mengelola gejala.
Systemic Lupus Erithematosus adalah kondisi yang kompleks dan menantang, baik untuk pasien maupun penyedia layanan kesehatan. Memahami penyakit ini adalah langkah pertama dalam pengelolaannya.
Edukasi tentang SLE dan dukungan dari profesional kesehatan dapat membantu pasien menjalani kehidupan yang lebih baik meskipun dengan kondisi ini. Dengan penanganan yang tepat, banyak pasien lupus dapat mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.
Jika kamu memiliki gejala yang mencurigakan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Baca juga: Penyakit Autoimun dan Konsumsi Ultra Process Food (UPF)
3 Responses
Terimakasih dr Fadila..
Bagus sekali pemaparannya..
Semoga membantu yang lain ya Dok..
Boleh juga misal mengulas tentang Nefritis Lupus, Doscoid Lupus, dan Sistemic Sclerosis Dok Fa..
Apalagi Gagal Ginjak yg sedang booming..
Terimakasih Dok Fa..
Wah, ini yg komen udah lebih mendalami hehehe…😂makasih sudah mampir mbak Ayu🥰❤️