Penuaan adalah proses yang dialami oleh setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, teori mengenai penyebab dan mekanisme yang mendasari proses penuaan belum sepenuhnya dipahami.
Kamu penasaran kenapa sih kita bisa menua? Ini teorinya, aku coba rangkum biar lebih gampang ya…
Dalam buku Principles of Geriatric Medicine and Gerontology karya J. H. Brocklehurst, bab 2 membahas teori kenapa dan bagaimana tubuh manusia menua.
Ada 2 kelompok utama teori penuaan: teori genetik dan teori kerusakan akumulatif.
Teori Genetik Penuaan
Teori genetik berpendapat kalau penuaan itu proses yang diprogram secara biologis dan dikendalikan oleh gen.
Menurut teori genetik, setiap organisme punya “jam biologis” yang menentukan berapa lama ia hidup. Gen-gen tertentu dianggap bertanggung jawab mengatur siklus hidup, termasuk proses penuaan.
Salah satu bukti teori ini adalah dari penelitian tentang umur panjang dalam keluarga. Anggota keluarga yang berusia panjang cenderung punya keturunan yang umurnya panjang juga. Ini menunjukkan kalau faktor genetik memengaruhi umur seseorang.
Penelitian pada hewan, yaitu cacing Caenorhabditis elegans, sudah mengidentifikasi gen-gen tertentu terkait perpanjangan usia. Gen SIRT1 berperan pada proses resistensi terhadap stres dan metabolisme energi, yang dihubungkan dengan umur panjang.
Pada manusia, telomer – ujung kromosom yang melindungi DNA dari kerusakan – memiliki peran penting dalam teori genetik.
Tiap kali sel membelah, telomer memendek sedikit. Saat telomer mencapai batas kritis (terlalu pendek) sel kehilangan kemampuan untuk membelah, sehingga menyebabkan penuaan seluler (senesensi).
Penelitian menunjukkan pemendekan telomer terkait munculnya penyakit penuaan seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Teori Kerusakan Akumulatif
Sementara teori genetik menekankan aspek biologis yang diprogram, teori kerusakan akumulatif menekankan kalau penuaan disebabkan akumulasi kerusakan seluler dan molekuler dari waktu ke waktu.
Kerusakan ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam faktor lingkungan, seperti paparan radikal bebas, radiasi, sinar ultraviolet, serta racun dari polusi atau makanan yang dikonsumsi.
1. Teori Radikal Bebas
Ada beberapa kelompok yang masuk ke dalam teori kerusakan akumulatif. Salah satu yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah teori radikal bebas, yang pertama kali diperkenalkan oleh Denham Harman.
Teori radikal bebas menyatakan kalau penuaan terjadi akibat kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas, yaitu molekul yang sangat reaktif yang dihasilkan selama metabolisme normal dalam tubuh.
Radikal bebas dapat merusak DNA, protein, dan lipid di dalam sel, yang kemudian menyebabkan penurunan fungsi seluler dan organ.
Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dengan antioksidan semakin menurun, sehingga kerusakan sel bertambah. Kondisi ini dikenal sebagai stres oksidatif.
Penelitian menunjukkan bahwa stres oksidatif berperan dalam perkembangan banyak penyakit degeneratif terkait usia, seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan aterosklerosis.
2. Teori Kerusakan DNA
Selain radikal bebas, faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap teori kerusakan akumulatif termasuk kerusakan DNA dan penurunan fungsi mitokondria. DNA seluler, terutama dalam sel-sel yang sering membelah, rentan terhadap kerusakan akibat radiasi, polusi, dan kesalahan replikasi.
Sementara tubuh memiliki mekanisme perbaikan DNA, kemampuan ini berkurang seiring bertambahnya usia, yang menyebabkan akumulasi mutasi dan ketidakstabilan genom.
3. Penurunan Fungsi Mitokondria
Mitokondria adalah organel sel yang berfungsi sebagai “pembangkit tenaga” dalam sel. Mereka menghasilkan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) melalui proses yang disebut respirasi seluler.
Mitokondria (warna oranye) memiliki membran ganda, dengan membran dalam yang berlipat-lipat membentuk struktur yang disebut krista. Krista meningkatkan area permukaan untuk reaksi kimia.
Selain menghasilkan energi, mitokondria juga terlibat dalam regulasi metabolisme sel dan memainkan peran dalam proses apoptosis (kematian sel terprogram).
Menariknya, mitokondria memiliki DNA sendiri, yang diwariskan hanya dari ibu, dan diperkirakan berasal dari bakteri purba yang berasimilasi dengan sel eukariotik pada tahap awal evolusi.
Dengan bertambahnya usia, mitokondria menjadi kurang efisien, dan produksi energi menurun sementara produksi radikal bebas meningkat. Hal ini berkontribusi pada kerusakan oksidatif dan disfungsi seluler.
Peran Sistem Kekebalan & Penuaan (Immunosenescence)
Perubahan dalam sistem kekebalan tubuh dikenal sebagai immunosenescence, yaitu penurunan fungsi kekebalan seiring bertambahnya usia.
Immunosenescence membuat tubuh lansia lebih rentan terhadap infeksi, kanker, dan penyakit autoimun. Selain itu, penuaan juga dikaitkan dengan peningkatan peradangan sistemik kronis yang disebut sebagai inflammaging.
Kondisi ini dapat mempercepat kerusakan jaringan dan memperburuk penyakit degeneratif.
Integrasi Teori Penuaan
Baik teori genetik maupun teori kerusakan akumulatif saling melengkapi dalam menjelaskan proses penuaan.
Sementara faktor genetik menentukan potensi umur seseorang, faktor lingkungan dan akumulasi kerusakan mempengaruhi seberapa cepat penuaan terjadi.
Penuaan adalah hasil interaksi kompleks antara gen, lingkungan, dan faktor-faktor molekuler yang bekerja secara dinamis sepanjang hidup.
Pada perawatan lansia, memahami teori-teori penuaan ini penting untuk mencari strategi yang efektif dalam memperlambat proses penuaan dan mencegah penyakit terkait usia.
Dengan memahami teori penuaan, kita dapat memperlambat dampak penuaan sejak awal. Intervensi seperti diet kaya antioksidan, olahraga, manajemen stres, dan terapi berbasis gen mungkin dapat membantu memperpanjang masa hidup sehat dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Perkembangan penelitian di bidang geriatri dan anti-aging, akan membuat kita semakin memahami mengenai penuaan. Penelitian tersebut diharapkan dapat membuka jalan bagi terobosan baru dalam menjaga kesehatan dan kualitas hidup seiring bertambahnya usia.
Baca juga: Perubahan Fisiologis pada Lansia dan Tips Menua dengan Sehat
Sumber:
- Buku “Principles of Geriatric Medicine and Gerontology” – J. H. Brocklehurst.
- Buku “Staying Young” – Mehmet C. Oz, Michael F. Roizen.
2 Responses
Yuuk semangat sebagai motor gerakan Lansia produktif kunci kesehatan dan kualitas hidup….Be Joy in Life With Allah Inside 🤩😍😍
Aamiin… Semoga dengan menerapkan pola hidup sehat, kita bisa tetap aktif dan bugar saat lansia.